PEMBENIHAN KUDA LAUT (HIPPOCAMPUS SP.)
(Tugas Makalah Budidaya Air Payau)
Nopen Setiawan
0514111027
Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
2008
I. PENDAHULUAN
Salah satu jenis ikan hias yang banyak diperdagangkan di Indonesia adalah ikan tangkur kuda atau lebih umum dikenal sebagai kuda laut. Ikan ini, selain diperdagangkan sebagai ikan hias juga digunakan sebagai bahan ramuan obat-obatan tradisional yang dipercayai mempunyai khasiat tertentu.
Teknologi pembenihan untuk jenis ikan hias ini masih sangat minim, sehingga produksinya masih mengandalkan hasil penangkapan di laut. Bahkan untuk mendapatkan hasil yang banyak dan cepat, mendorong usaha penangkapan dilakukan dengan menggunakan jalan pintas, yaitu dengan cara pembiusan. Dari segi ekologis, cara ini tentunya akan sangat merugikan dan membahayakan, bukan
hanya terhadap ikan tangkapan tetapi juga terhadap kehidupan organisme lainnya dan lingkungan sekitarnya.
Dengan melihat kenyataan tersebut, maka pengembangan budidaya kuda laut ini potensial untuk dikembangkan. Untuk mendukung hal tersebut maka diperlukan data biologis yang lebih lengkap. Aspek biologi yang penting diketahui untuk menunjang keberhasilan budidaya ikan ini adalah ukuran induk ikan yang siap dipijahkan dan siklus pemijahannya.
Makalah ini dibuat dengan harapan mampu memberikan informasi baru tentang budidaya kuda laut. .
II. ISI MAKALAH
A. Klasisfikasi dan Morfologi Kuda Laut
1. Klasisfikasi
Spesies kuda Laut (Hippocampus sp) merupakan ikan dari kingdom animalia,
Kingdom: Animalia, filum: Chordata, kelas: Osteichthyes, Ordo: Gasterosteiformes, Famili: Syngnathidae, Genus: Hippocampus, (Linnaeus, 1758)
2. Morfologi
Kuda laut hamper sama dengan famili pipe fisher lainya, terdapat 35 spesies. Kepala kuda laut menyerupai kepala kuda dan tubuh yang panjang lalu mengecil pada bagian ekornya. Panjang rata-rata kuda laut 16 mm-35 cm telur dierami induk jantan kuda laut. Sirip dorsal terletak di tubuh bagian bawah dan sirip pectoral di kepala dekat ingsang. Memiliki mulut hisap yang panjang seperti vacuum cleaner untuk menghisap makanan berupa udang dan krustacea. Kuda laut memiliki ekor yang melilit kuat pada lamun atau rumput laut sehingga tidak terbawa oleh arus. Seperti bunglon, kuda laut dapat merubah sesuai dengan substrat tempat untuk menempel. Kamufalase ini untuk melindungi diri dari predator seperti kepiting.
gambar kuda laut
B. Pemeliharaan Induk
Induk kuda laut dipelihara pada bak beton atau bak fiber. Di dalam bak dibuatkan tempat bertengger berbentuk prisma (piramid) dari bambu. Pemberian pakan 2-3 kali sehari adlibitum yaitu pada pagi, siang dan sore hari, berupa udang rebon dan udang jambret.
C. Pemijahan Kuda Laut
Kuda laut dapat memijah secara alami di bak terkontrol, telur hasil pijahan akan dierami oleh induk jantan. Setelah terjadi pemijahan, induk jantan dipisahkan atau tetap bersama dengan induk yang lain. Lama pengeraman lebih kurang 10 hari. Sebaiknya induk dihindarkan dari hal-halyang menyebabkan stress yang mengakibatkan juwana dikelurakan sebelum waktunya (premature) sehingga tidak mampu bertahan hidup lebih lama.
Penetasan Juwana
Induk jantan yang sudah mengerami telur pada hari ke-9 dipindahkan ke bak lain yang telah disiapkan sebelumnya. Pada hari ke-10 juwana akan dikeluarkan dari kantung jantan. Pengeluaran juwana umumnya pada malam hari. Setelah seluruh juwana dikeluarkan, induk jantan dipindahkan ke bak pemeliharaan induk.
D. Pemeliharaan Juwana
Penebaran Juawana
Juwana dapat dipelihara di tempat terlindung maupun yang terkena sinar matahari langsung. Pemeliharaan di bak beton maupun di bak fibreglass memberikan hasil yang cukup baik. Pada penebaran juwana umur 1 hari (D!) adalah 1-5 ekor / liter.
Penyiapan dan Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan pada juawana adalah pakan alami, biasanya berupa Nauplii Copepoda dan artemia.
Nauplii Copepoda
Nauplii Copepoda dapat digunakan sebagai pakan awal juwana kuda laut umur 1 - 15 hari. Copepoda dapat dikultur di air laut (25-30 ppt) ditambah pupuk organik selama 5-8 hari. Nauplii Copepoda dipanen dengan plankton net 60 mikron.
Artemia
Nauplii artemia baru diberikan setelah juwana berumur 14 hari. Kista artemia dapat ditetaskan dalam fibreglass, yang pada bagian bawahnya berbentuk kerucut dan berwarna terang, diisi air laut bersih dan diberi aerasi kuat. Telur akan menetas setelah 19-24 jam pada temperatur kamar.
Nauplii artemia baru diberikan setelah juwana berumur 14 hari. Kista artemia dapat ditetaskan dalam fibreglass, yang pada bagian bawahnya berbentuk kerucut dan berwarna terang, diisi air laut bersih dan diberi aerasi kuat. Telur akan menetas setelah 19-24 jam pada temperatur kamar.
Pengganti Air dan Penyiponan
Penggantian air dilakukan setiap hari mulai hari ke-3 sebanyak 5-50% sampai umur 30 hari. Sebelum dilakukan penggantian air terlebih dahulu dapat dilakukan penyiponan untuk membersihkan kotoran dan sisa pakan yang mati dan mengendap di dasar bak. Bila kotoran dan sisa pakan yang mati tidak dibuang akan membusuk dan mengakibatkan menurunnya kualitas air. Penyiponan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, untuk menghindari teraduknya kotoran. Sebaiknya aerasi dihentikan terlebih dahulu selama penyiponan
Daftar Pustaka
Anonim. 2007. Pembenihan Kuda Laut. http://ikanmania.wordpress.com/ 2007/12/30/pembenihan-kuda-laut. 22 Oktober 2008.
Syamsuhartien1; Djawad, M. Iqbal ; Ali, Syamsu Alam ; Tresnati, Joeharnani. Pola pemijahan kuda laut (hippocampus spp.) di perairan kepulauan tana keke. http://www.pascaunhas.net/jurnal_pdf/SC/SC-ags-03/1-syamsu%20hartien%20pola%20pemijahan%20Sci&Tech2%20_1_%20format%20kolom.pdf. 22 Oktober 2008.
Lourie, Sara A. 2001. Seahorses (Genus Hippocampus) of Indonesia . http://www.google.co.id/search?q=SEAHORSES+(Genus+Hippocampus)+OF+INDONESIA &btnG=Telusuri&hl=id&client=firefox-a&channel=s&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&hs=Tpf&sa=2. 22 Oktober 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar